Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. (PP No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1).
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyebutkan bahwa DAS adalah suatu bentang lahan yang dibatasi oleh punggung bukit pemisah aliran (topographic divide) yang menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan melalui jaringan sungai dan bermuara di satu patusan (single outlet) di sungai utama menuju danau dan laut. DAS merupakan ekosistem alam berupa hamparan lahan yang bervariasi menurut kondisi geomorfologi (geologi, topografi, dan tanah), penggunaan lahan, dan iklim yang memungkinkan terwujudnya ekosistem hidrologi yang unik.
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau (Asdak,2002). DAS didefinisikan sebagai semua titik yang dibatasi oleh area dimana air hujan yang jatuh di titik-titik tersebut akan berkontribusi terhadap air yang akan keluar dari suatu outlet (McCuen, 1998), sementara itu BPDAS Pemali Jratun menyebutkan bahwa, daerah aliran sungai merupakan suatu mega sistem kompleks yang dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem biologis (biological systems) dan sistem manusia (human systems). Setiap sistem dan sub-sub sistem di dalamnya saling berinteraksi. Dalam proses ini peranan tiap-tiap komponen dan hubungan antar komponen sangat menentukan kualitas ekosistem DAS. Tiap-tiap komponen tersebut memiliki sifat yang khas dan keberadaannya tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan komponen lainnya membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem).
DAS didefinisikan sebagai suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima air hujan, menampung, menyimpan, dan mengalirkan kesungai dan seterusnya ke danau dan ke laut (kamus Weber dalam Sugiharto, 2001). Daerah aliran sungai juga meliputi basin, watershed, dan cactment area. Secara ringkas defisini tersbut mempunyai pengertian DAS adalah suatu wilayah daratan yang menerima air hujan, menampung, dan mengalirkan melalui sungai-sungai utama ke laut/danau. Suatu DAS dipisahkan dari wialayah sekitar (DAS-DAS lain) oleh pemisah alam topografi, seperti punggung bukit dan gunung.
Luas DAS bervariasi dalam berbagai skala, mulai dari basin sungai besar hingga aliran sungai di daerah hulu. Menurut NCSRI (2003) dalam Janudianto (2004) batas alami dari DAS ditentukan berdasarkan pada pembatas drainase yang biasanya berupa punggungan gunung atau perbukitan yang membatasi sebuah sungai utama beserta anak-anak sungainya. Batas alami DAS merupakan hasil dari proses geomorfologi dan hidrologi. Faktor-faktor yang menentukan DAS meliputi iklim, topografi, struktur dasar geologi, morfologi, tanah, dan vegetasi (NCSRI, 2003) dalam Janudianto (2004).
Dalam mempelajari DAS, biasanya DAS dibagi menjadi hulu, tengah, dan hilir. DAS bagian hulu sebagai daerah konservasi, berkerapatan drainase tinggi, memiliki kemiringan topografi besar, dan bukan daerah banjir. Adapun DAS bagian hilir dicirikan sebagai daerah pemanfaatan, kerapatan drainase rendah, kemiringan lahan kecil, dan sebagian diantaranya merupakan daerah banjir. Daerah aliran sungai tengah merupakan transisi diantara DAS hulu dan DAS hilir. Masing‐masing bagian tersebut saling berkaitan. Bagian hulu DAS merupakan kawasan perlindungan, khususnya perlindungan tata air, yang keberadaannya penting bagi bagian DAS lainnya. Contoh keterkaitan antara bagian hulu dengan hilir diantaranya adalah : (a). bagian hulu mengatur aliran air yang dimanfaatkan oleh penduduk di bagian hilir, (b). erosi yang terjadi di bagian hulu menyebabkan sedimentasi dan banjir di hilir, dan (c). bagian hilir umumnya menyediakan pasar bagi hasil pertanian dari bagian hulu.
Gambar DAS (Daerah Aliran Sungai)
Sub DAS adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS-Sub DAS. Bagian Hulu DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi bergelombang, berbukit dan atau bergunung, kerapatan drainase relatif tinggi, merupakan sumber air yang masuk ke sungai utama dan sumber erosi yang sebagian terangkut menjadi sedimen daerah hilir. Sedangkan Bagian Hilir DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi datar sampai landai, merupakan daerah endapan sedimen atau aluvial.
1. Bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.
2. Bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
3. Bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.
Pengelolaan DAS pada dasarnya ditujukan untuk terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah, dan air, sehingga mampu memberi manfaat secara maksimal dan berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia. Selain itu, pengelolaan DAS dipahami sebagai suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di DAS untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah, yang dalam hal ini termasuk identifikasi keterkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air, serta daerah hulu dan hilir suatu DAS (Asdak 1995).
Pengembangan DAS menurut Sudarmaji dkk (1995) sebaiknya lebih menekankan pada pentingnya pendekatan terhadap faktor biofisik DAS dalam perencanaan pemanfaatan lahan. Pendekatan ini didasarkan pada tujuan untuk meningkatakan kualitas dan produktifitas lahan di DAS yang berorientsi pada kelestarian lingkungan.
Bentuk DAS dapat dibagi dalam empat bentuk, yaitu :
1. Berbentuk Bulu Burung, Jalur anak sungai di kiri‐kanan sungai utama mengalir menuju sungai
utama, debit banjir kecil karena waktu tiba banjir dari anak‐anak sungai
berbeda‐beda. Banjir berlangsung agak lama.
2. Radial, Bentuk DAS menyerupai kipas atau lingkaran, anak‐anak sungai
berkonsentrasi ke suatu titik secara radial, banjir besar terjadi di
titik pertemuan anak‐anak sungai.
3. Paralel, Bentuk ini mempunyai corak dimana dua jalur aliran sungai yang sejajar
bersatu di bagian hilir, banjir terjadi di titik pertemuan anak sungai.
Pola aliran sungai apabila dilihat dari atas tampak menyerupai
beberapa bentuk, seperti menyerupai percabangan pohon (dendritik), segi
empat (rectangular), jari‐jari lingkaran (radial), dan trellis. Pola
aliran ini dapat merupakan petunjuk awal tentang jenis dan struktur
batuan yang ada.
- Pola dendritik : umumnya terdapat pada daerah
dengan batuan sejenis dan penyebaran yang luas, misalnya kawasan yang
tertutup endapan sedimen yang terluas dan terletak pada bidang
horizontal, seperti di dataran rendah bagian timur Sumatera dan
Kalimantan.
- Pola rectangular : Umumnya terdapat di daerah berbatuan kapur, seperti di kawasan Gunung Kidul, Yogya.
- Pola radial : umumnya dijumpai di daerah lereng gunung berapi, seperti G. Semeru, G. Ijen, G. Merapi.
-
Pola trellis : dijumpai di daerah dengan lapisan sedimen di daerah
pegunungan lipatan, seperti di Sumatera Barat dan Jawa Tengah
Sumber : Prinsip dasar pengelolaan daerah aliran sungai (Ramdan, Hikmat. 2004).
0 Response to "Daerah Aliran Sungai"
Posting Komentar